ETIKA PENULISAN ILMIAH
Menyusun
karangan ilmiah merupakan suatu keharusan bagi setiap mahasiswa di perguruan
tinggi. Oleh karena itu, mahasiswa mendapatkan tugas-tugas menulis, baik
individu maupun kelompok.
Belajar
menyusun karangan ilmiah memberikan mamfaat bagi penulisannya. Pertama,
melatih menulis untuk menyusun hasil pemikiran dan penyelidikannya menurut tata
cara penulisan yang lazim berlaku. Kedua, memberikan kesempatan kepada
orang lain untuk dapat mengikuti ide atau gagasan-gagasan yang dikemukakan
melalui karangannya.
Untuk
mengembangkan ide atau pemikirannya, penulis perlu mengumpulkan bahan-bahan,
baik bahan yang diperpustakaan maupun berupa penyelidikan. Bahan-bahan pustaka
dan penyelidikan merupakan sumber preimer bagi penulis karangan ilmiah. Dengan
bahan-bahan itu penulis dapat menghimpun berbagai pemikiran dan penyelidikan
dari para ahli yang dapat digunakan untuk menunjang tulisan. Jika penulis
mengambil bahan-bahan pustaka untuk dijadikan sumber bagi pegembangan
tulisannya, penulis harus jujur mengatakan bahwa tulisannya itu diambil dari
sumber lain. Demikian ini merupakan etika penulisan ilmiah (teknis).
Penulis
berkewajiban untuk mencamtumkan segala keterangan sumber yang dipergunakan,
baik diolah menurut kata-kata penulis maupun yang dikutip langsung. Jika
kewajiban-kewajiban tersebut tidak dijunjung tinggi maka penulis telah
menyalahgunakan kebebasan akdemis dan ilmiah. Jika demikian, berarti penulis
melakukan pemalsuan dan pencurian (plagiat). Penulis yang melakukan plagiat
dapat dituntut sebagai pelanggaran hak cipta yang diatur di dalam undang-undang
(Surakhmad, 1988:17).
Yang dimaksud
dengan hak cipta adalah hak khusus bagi pencipta maupaun penerima hak
untuk mengumumkan dan memperbanyak ciptaannya atau memberi ijin untuk itu. Hak
cipta tervdiri dari hak cipta substantif ialah hak cipta yang melekat
pada pencipta dan ciptaannya bersifat pribadi dan akademik. Hak cipta
material ialah hak khsus untuk mengumumkan, menyebarluaskan, atau memberi
ijin untuk itu. Seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang membuat
atau menyusun karya tulis mempunyai hak cipta substantif dan hak
cipta material. Hak cipta substantif tidak dapat diindahkan kepada siapapun
dengan alasan apapun.
Ada beberapa
pelanggaran hak cipta karya ilmiah.
1. Pelanggaran
yang dapat dikatagorikan sebagai pelanggaran hak cipta meiputi:
a. Pengalihan
hak cipta substantif,
b.
Menyebarluaskan karya ilmiah atau karya tulis dengan ijin semua penulis karya
tersebut, tetapi dengan sengaja tidak mencamtumkan semua nama penulis,
c. Pengutipan
atau penyiaran kepada umum suatu karya tulis atau karya ilmiah dengan memuat
atau mengambil sebagian dari karya tulis orang lain dan kutipan menjadi bagian
yang dominan dari karya tersebut, serta
d. Pengutipan
yang secara sengaja tidak mencamtumkan sumbernya secara lengkap sesuai dengan
pedoman penulisan karya ilmiah yang dijadikan pedoman oleh pengutip.
2. Berdasarkan
jenis pelanggaran seperti tersebut di atas serta frekuensi (banyaknya) kasus pelanggaran
yang dapat dibuktikan, dapat ditetapkan tingkat pelanggaran sebagai berikut:
a. Pelanggaran
ringan,
b. Pelanggaran
sedang, atau
c. Pelanggaran
berat (Depdikbud, 1996:142)
Dengan
memperhatikan beberapa ketentuan etika penulisan teknis dan hak cipta, penulis
harus mempunyai integritas kepribadian ilmuwan. Salah-satu bentuk integritas
keilmuaannya adalah dengan berkata jujur bahwa apa yang ditulisnya bukan
pendapat pribadi, malainkan hasil rujukan dari bahan lain. Kejujuran dalam
merajuk diatur berdasarkan kaidah uraian seperti pada uraian berikut:
Etika Merajuk
Pengertian
rujukan dalam pengertian teknis ini sama dengan kutipan. Merajuk atau mengutip
adalah mengambil pendapat penulis lain, baik diambil sebagian maupun diambil seluruhnya
atau baik secara langsung maupun tidak langsung. Terdapat ketentuan enam
merajuk yaitu (1) perajukan dilakukan dengan menggunakan nama akhir, tahun dan
halaman, (2) jika ada dua nama pengarang, perajukan dilakukan dengan cara
menyebut nama akhir kedua pengarang tersebut, dan (3) jika pengarangnya lebih
dari dua orang, perajukan dilakukan dengan cara menulis nama pertama tersebut
selanjutnya diikuti dengan cara dkk. (4) jika nama pengarang tidak
disebutkan, yang dicantumkan dalam rujukan adalah nama lembaga penerbit, nama
dokuemen yang diterbitkan, atau nama koran. (5) karya ilmiah terjemahan,
perujukan dilakukan dengan cara menyebutkan nama pengarang aslinya. (6) rujukan
dari dua sumber atau lebih yang ditulis pengarang yang berbeda dicantumkan dalam
satu tanda kurung dengan titik koma sebagai tanda pemisahnya.
Cara Merajuk Kutipan Langsung
1) Kutipan kurang dari 40 kata
Kutipan yang
berisi kurang dari 40 kata ditulis di antara tanda kutip (”.......”) sebagai
bagian yang terpadu dalam teks utama, dan diikuti nama penulis, tahun, dan
nomor halaman. Nama penulis dapat ditulis secara terpadu dalam teks atau
menjadi satu dengan tahun dan nomor halaman di dalam kurung. Perhatikan contoh
berikut ini.
Prawoto
(1988:187) menyatakan ”pengimformasian tujuan belajar daapt meningkatkan hasil
belajar siswa dalam hasil belajar kelas jauh dengan menggunakan modul”.
Nama pengarang disebut bersama dengan
tahun penerbitan dan nomor halaman
Contoh:
Kesimpulan dari
penelitian itu ”modul untuk media belajar kelas jauh perlu dilengkapi dengan
rumusan tujua belajar (Prawoto, 1988:190)”.
Jika terdapat tanda kutip dalam
kutipan, digunakan tanda kutip tunggal (’......’)
Contoh:
Hasil
penelitian tersebut ”adalah ada korelasi yang signifikan antara kondisi yang
individual ’personality’ pembelajaran dengan kemampuan berbahasa” (Dulay,
1986:23).
2) Kutipan langsung lebih dari 40 kata
Kutipan yang berisi 40 kata atau lebih tanpa adanya tanda
kutip secara terpisah dari teks yang mendahului ditulis dengan menyebutkan nama
pengarang diikuti dengan tahun dan halaman dalam kurung. Kutipan ditulis dengan
indentasi 5 (lima) ketukan dan diketik dengan spasi tunggal.
Contoh:
Alwasilah (1985:87) mengkondisikan kodifibilitas berikut
ini:
Condifibility decribes the lexical
defferences between lenguages, while ini general it si posible to say anyting
in one laguage that can be said in any other, the ease wich certain things can
be said reflects a difference in codifiabilit. Thus if we can reverto something
by one term in English but reguire five in Hopi, we say that thing is more
easily codified in English.
Apabila
dalam terdapat paragraf barul lagi, baris baru itu dimulai dengan ketukan lagi
dari tepi teks kutipan.
Kutipan
yang sebagian dihilangkan
Dalam mengutif langsung terdapat kata-kata dalam kalimat
yang dihilangkan, kata-kata yang dihilingkan pad bagian awal dan tengah kitipan
diganti dengan titik tiga (...), dan jika dihilangkan pada bagian akhir diganti
dengan titik empat (....).
Contoh:
1) “Communication is a process by
wich information is exchanged between individuals through a common system of
symbol,..., or bihavior”. (Alwasilah; 1986:9).
2) Alwasilah (1986:9) menjelaskan
bahwa “Communication is a process by wich information is exchanged between
individuals through a common system of symbo....l”
Cara merujuk kutipan tidak langsung
Kutipan yang disebut secara tidak langsung atau dikemukakan
dengan bahasa penulis, ditulis dengan menyebut nama pengarang disertai kurung,
tanpa tanda kutip dan terpadu dalam teks.
Contoh:
1) Arikunto (1986:90) menyebutkan
bahwa alat tes harus memenuhi syarat antara lain: valid reabel, objektif, dam
ekonomis.
2) Alat tes yang baik harus memenuhi
beberapa kriteria, yaitu valid, reabel, objektif, praktis, dan ekomomis
(Arikunto, 1986:90).
Cara merujuk kutipan yang telah dikutip
Kutipan yang dirujuk dari kutipan dapat dilakukan dalam
keadaan darurat, yaitu benar-benar tidak didapatkan sumber aslinya. Pada
prinsipnya penulisan kutipan yang telah dikutip sama dengan penulisan kutipan
asli. Perbedaannya terletak pada penulisan rujukan.
Contoh
Wabhankamnas (dalam Sudomo, 1993) menyebutkan bahwa ditinjau
dari segi pembangunan nasional dan pengaruh lingkungan strategis, peluang yang
dimiliki berupa wadah trigatra, yaitu giografi, sumber kekayaan alam dan
demografi.
Penulisan Daftar Rujukan
Daftar rujukan berupa daftar yang berisi buku, artikel, atau
bahan-bahan lainnya yang benar-benar dirujuk arau dikutip, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Bahan-bahan yang dibaca akan tetapi tidak dikutip
seyogyanya tidak dicantumkan dalam daftar rujukan, sedangkan semua bahan yang
dikutip baik secara langsung maupun tidak langsung dalam teks harus dicantumkan
dalam daftar rujukan. Pada dasarnya, unsur yang ditulis dalam daftar rujukan
meliputi secarabertrut-turut: (1) nama pengarang ditulis dengan urutan: nama
akhir, nama awal, dan nama tengah tanpa mencantumkan gelar akademik, (2) tahun
penerbitan, (3) judul, termasuk sub judul, (4) tempat penerbitan, (5) nama
penerbit. Penyusunan daftar rujukan disusun berdasarkan urutan abjad
(alfabetis) nama pengarang. Daftar rujukan diketik dengan spasi tunggaldalam
satu judul, sedangkan pergantian antar judul diketik dua spasi. Barsi kedua dan
seterusnya dalam satu juduk diketik masuk dengan indentasi lima ketu. Cara
penulisan daftar rujukan dapat dilihat pada contoh berikut ini.
Unsur-unsur daftar rujukan dapet bervariasi tergantung pada
jenis sumber pustakannya.
1) Sumber dari buku
Tahun penerbitan dituilis setelah nama pengarang, diakhiri
dengan titik. Judul buku digarisbawahi atau ditulis dengan huruf miring, dengan
huruf besar pada awal setiap kata, kecuali kata hubung. Tempat penerbitan dan
nama penerbit dipisahkan dengan titik dua (:).
Contoh:
Garry, R. dan Kingsey, Howard L.
1970. The Nature and Condtion of Learning. Englewood Cliffs: Prentice
Hall Inc.
Busri, Hasan. 2003. Analisis
Wacana Teori dan Penerapannya. Malang: FKIP Universitas Islam Malang.
Jika ada beberapa buku yang dijadikan sumber dan ditulis
oleh orang yang sama dan diterbitkan dalam tahun yang sama pula, data tahun
penrbitan diikuti dengan lambang a, b, c, dan seterusnya yang urutannya
ditentukan secara kronologis atau berdasarkan urutan abjad judul buku-bukunya.
Contoh:
Hadi, Sutrisno. 1982a. Mitodelogi Research.
Jilid 1, 2, dan 3. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan FE UGM.
Hadi, Sutrisno. 1982b. Pengantar
Statistik. Yogyakarta: Gajah Mada Press.
2) Sumber dari buku yang berisi kumpulan artikel (ada
editornya)
Seperti menulis sumber dari buku ditambah dengan tulisan (Ed.)
jika ada satu editor dan (Eds.) jika editonya lebih dari satu orang, diantara
nama pengarang dan tahun penerbitan.
Contoh:
Letheridge, S. dan Cannon, C.R.
(Eds.).t.t. Billingual Education Teaching as a second language. New
York: Prager.
Miarso, Yusufhadi. (Ed.).1984. Teknologi
Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Pusteskom Dikbud dan Rajawali.
3) Sumber dari artikel dalam buku kumpulan artikel (ada
editornya)
Nama pengarang artikel ditulis di depan mengikuti dengan
tahun penrbitan. Judul artikel ditulis tanpa garis bawah atau cetak miring.
Nama editor ditulis seperti nama biasa, diberi keterangan (Ed.) bila hanya satu
editor dan (Eds.) bila lebih darisatu editor. Judul buku kumpulannya
digarisbawahi atau ditulis dengan huruf miring, dan nomor halamannya disebutkan
dengan kurung. Judul artikel ditulis dengan huruf kecil, kecuali huruf pertama
kata pertama judul ditulis dengan huruf besar atau kecil.
Contoh:
Hartley, J.T., Harker, J.O. dan
Walsh, D.A. 1980. Contemporary Issues and New Direction in Adult Development
of Learning and Memory. Dalam Poon, L.W. (Ed.), Aging in Psycological
Issues (halaman 239-252). Washington, D.C.: American
psychological Assosiations.
4) Sumber dari artikel yang dimuat di surat kabar atau
majalah
Nama pengarang ditulis paling depan, diikuti oleh tahun,
nomor (jika ada). Judul artikel bisa ditulis tanpa garis bawah, dan ditulis
dengan huruf kecil semua, kecuali pada huruf awal pertama. Nama majalah ditulis
dengan huruf kecil kecuali huruf pertama pada setiap setiap kata, diberi gars bawah.
Nomor halaman tersebut pad bagian akhir.
Contoh:
Nurhidayat, Imam. 1993, 5 Mei.
Kemiskinan dan Permasalahnnya. Republika, halaman 4.
Busri, Hasan. 1998. 22 Oktober.
“Bahasa Indonesia Kehilangan Kepercayaan”. Surabaya Post, halaman 4.
5) Sumber
dari Surat Kabar atau Majalah tanpa Penulisnya
Menuliskan sumber acuan yang diperoleh dari surat kabar atau
majalah yang tidak ada nama pengarangnya, nama surat kabar atau majalah ditulis
di bagian awal. Tahun dan tanggal ditulis setelah nama surat kabar atau majalah.
Kemudian diikuti judul artikel yang dicetak miring atau dicetak tebal dan
diikuti dengan menuliskan nomor halaman di mana artikel itu dimuat. Berikut ini
cara penulisan yang dimaksudkan.
Jawa Pos. 2001, 22 April. Masalah
Sosial Cenderung Meningkat. halaman 12.
Kompas. 2001. 27 Desember.
Peningkatan Arus Mudik Lebaran. halaman 7.
6) Sumber dari dokumen
Judul atau nama dokumen ditulis pada bagian awal dengan
garis bawah atau huruf miring, diikuti tahun penerbitan dokumen, kota penerbit,
dan nama penerbit.
Contoh:
Garis-Garis Besar Haluan Negara
1993:
Yogyakarta: Penerbit Gajahmada.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
1982 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 1990. Jakarta: Diperbanyak
oleh PT Armas Duta Jaya.
7) Sumber
dari lembaga yang ditulis atas nama lembaga
Nama lembaga penanggung jawab langsung ditulis paling depan,
diikuti dengan tahun, judul karangan, nama tempat penerbitan, dan mana lembaga
tertinggi yang bertanggung jawab atas penerbitan tersebut.
Contoh:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa. 1978. Pedoman Laporan Penelitian. Jakarta Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
8) Sumber dari karya terjemahan
Sumber
acuan dari karya terjemahan, nama pengarang asli ditulis terlebih
dahulu,kemudian diikuti tahun terbit dan judul buku (ditulis dengan cetak tebal
atau huruf miring). Setelah itu baru nama penerjemah dikikuti tahun, kota, dan
nama penerbit. Berikut ini disajikan contoh cara menuliskan sumber acuan yang
diambil dari karya terjemahan. Contoh:
Ary, Donald; Jacobs, L.C. dan
Razavieh, A. Tanpa Tahun. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan.
Terjemahan oleh Arief Furchan. 2004. Yokyakarta: Pustaka Pelajar.
9)
Sumber yang berasal dari Skripsi, Tesis, atau Disertasi
Sumber
acuan yang didapatkan dari sumber skripsi, tesis, atau disertasi cara
penulisannya dalam daftar acuan adalah dengan menuliskan nama pengarang yang
diikuti tahun penyusunan yang terdapat pada halaman sampulnya, judul skripsi,
tesis, atau disertasi yang dikutip (dicetak miring atau cetak tebal), kemudian
diikuti pernyataan skripsi, tesis, atau disertasi tidak diterbitkan, lalu
diakhiri dengan nama fakultas dan lembaga perguruan tinggi. Contoh:
Busri, Hasan. 2003. Pengembangan
Materi Pembelajaran Keterampilan Menyimak Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing.
Tesis tidak diterbitkan. Program Pascasarjana IKIP Malang
10) Sumber dari makalah yang
disajikan dalam Seminar atau Lokakarya
Sumber acuan dari makalah yang disajikan dalam suatu seminar
atau lokakarya, cara penulisannya adalah dengan menuliskan nama penulis
terlebih dahulu, lalu tahun penyajian makalah, judul makalah (dicetak miring
atau dicetak tebal), kemudian diikuti pernyataan Makalah disajikan dalam .....,
nama pertemuan, lembaga penyelenggara pertemuan, tempat petemuan diadakan, dan
terakhir tanggal pertemuan.
Contoh:
Busri, Hasan . 1993. Problematik Pengajaran Bahasa Daerah
Makalah disajikan dalam Seminar Pelestarian Bahasa dan Budaya Madura yang
diadakan oleh Lembaga Pemberdayaan Sumberdaya Manusia di Gedung PUSPENMAS
Pamekasan, 12 Oktober 1993. .